CATATAN MASUKNYA TANAMAN PARICA (Schizolobium Amazonicum) KE INDONESIA/Kalimantan
Timur Khususnya
Pada akhir tahun 1995/awal tahun 1996,
Technical Advisor perusahaan di mana kami bekerja – yang bernama Toyokazu
Kawai, berkebangsaan Jepang – pergi ke Amerika Selatan ( Chili/Peru ) dalam
rangka survey hutan, sekembalinya ke Indonesia, beliau membawa oleh-oleh
beberapa jenis biji yang berasal dari Negara tersebut. Di antara beberapa jenis
biji tersebut satu diantaranya adalah jenis Parica (Schizolobium
Amazonicum ), yang mana biji tersebut ditanam pada tahun 1996
/ 1997 di beberapa lokasi dimana perusahaan kami beroperasi, yaitu di daerah sekitar Silat/Sejiram/Semitau,
Kab. Kapuas Hulu, Prov. Kalimantan Barat ; di daerah Sungai Meluk, Kec.
Tabang, Kab. Kutai Karta Negara, Prov. Kalimantan Timur (Koordinat 0⁰38’09”LU; 116⁰11’03”BT);
di daerah Sungai Ibrahim (Anak Sungai Boh), Kecamatan Long Bagun, Kab. Kutai
Barat, Prov. Kalimantan Timur (Koordinat 1⁰04’00” LU; 115⁰04’32” BT), yang mana tanaman
tersebut menunjukkan hasil yang baik, dalam arti persen hidup tinggi &
pertumbuhan cepat.
Pada tahun 2000/2001, dalam rangka penanaman
kembali hutan bekas terbakar, perusahaan kami mencari tanaman parica (Schizolobium Amazonicum) tersebut sebagai salah satu jenis/species
alternative yang akan dikembangkan, pertanyaan mendasar yang muncul adalah
Dimana harus mencari tanaman tersebut????, upaya pertama adalah mencari
relasi/kawan dari Technical Advisor kami seperti tersebut di atas, kami
berhasil bertemu dengannya, yang mana orang tersebut adalah mantan Direktur
sebuah perusahaan yang beroperasi di Brazil dan mengembangkan tanaman parica
tsb untuk merahabilitasi hutannya, tetapi berdasarkan informasi beliau selama
beliau berada d Brazil, beliau juga mengalami kesulitan untuk pengadaan biji
parica tsb. Upaya ini berarti Gagal.
Upaya kedua kami tempuh dengan cara mencoba
mengembangkan tanaman parica (Schizolobium
Amazonicum) tersebut, dengan
cara kultur jaringan, beberapa kali kami berkonsultasi dengan expert di bidang
kultur jaringan di salah satu perguruan tinggi di Samarinda, Kal-tim. Bahwa
untuk pengembangan tanaman melalui cara Kultur jaringan, ada beberapa kesulitan
yang akhirnya tidak bisa berjalan, beberapa kesulitan teb adalah 1.Perlu biaya
besar 2. Perlu bibit tanaman yang banyak sebagai bahan uji coba, sementara itu,
keberadaan/jumlah bibit yang bisa kami sediakan yang berupa bibit cangkokan
sangat terbatas 3. Waktu yang lama (±5 tahun, dengan asumsi bahwa uji coba
pengembangan tanaman ini dari tingkat laboratorium sampai dengan penanaman di
lapangan tingkat keberhasilan tinggi);. Upaya ini juga Gagal.
Upaya Ketiga – karena saya secara pribadi
sangat tertantang untuk mendapatkan biji
tanaman tersebut - kami tempuh adalah Browsing di Internet & berkomunikasi
dengan expert ataupun dengan link yang terkait dengan tanaman tersebut, cilaka
nya sebagian besar tulisan yang ada adalah berbahasa Portugis/Spanyol… Lha
bahasa inggris saja kedodoran apalagi bahasa Portugis/Spanyol… nggak tahu sama
sekali. Setelah ±1,5 bulan ( minimal 5 jam setiap malam ) kami browsing +
komunikasi via email dengan link/pihak2 yg terkait dengan tanaman parica tsb –
yang menghabiskan biaya pribadi untuk rekening tilpun lumayan besar - pada
akhirnya kami bisa negosiasi dengan sebuah Lembaga/Institusi di Bolivia ( asal
tanaman tepatnya berasal dari “daerah” Chocabamba ) yang sanggup dan bisa
mengirim barang tersebut ke kami di Indonesia dengan harga yang telah
disepakati dan bayar di muka, yang artinya bayar dulu baru kirim barangnya.
Seingat kami total jumlah biji yang kami beli adalah sejumlah 150kg.
Dalam perkembangan selanjutnya tanaman Schizlobium Amazonicum (Parica / Serebo) tersebut selain ditanam dalam
skala relative luas di daerah S.Meluk seperti tersebut di atas pada tahun
2001/2002, juga untuk percobaan penanaman oleh Universitas Mulawarman dalam
rangka reklamasi areal ex pertambangan ( sudah di unggah ke internet oleh para
expert /dosen Fak.Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda, Kal-tim); Untuk
wilayah sekitar Samarinda (Loa Buah, Sei Kunjang) tanaman tersebut ditanam cukup
luas pada koordinat 0⁰34’14” LU; 117⁰04’43” BT, ditanam pada bulan Mei 2003.
Bahwa beberapa Staf perusahaan berasal dari Pulau Jawa, maka tidak menutup
kemungkinan tanaman tersebut secara pribadi oleh staf perusahaan ditanam dalam
skala kecil (beberapa tanaman), termasuk kami menanam di daerah Boja,
Kab.Kendal, Jawa Tengah.
Pada pertengahan tahun 2009, seorang
mahasiswa Doktoral Universitas Mulawarman Samarinda bernama Ismail, mengadakan
penelitian terhadap tanaman Schizolobium
Amazonicum yang ditanam di
sekitar Samarinda (Loa BUah, Sei Kunjang) seperti disebut di atas, dalam rangka
pembuatan thesis doctor nya dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Maman Sutisna,
M.Sc.
Secara fisik saya belum pernah memeriksa di
lapangan
|
Gambar berikut adalah salah satu tanaman yang
berada di sekitar Samarinda (Loa Buah, Sei Kunjang), yang kami ambil gambar nya
pada akhir 2008, sebagai perbandingan kami dampingkan dengan sepeda motor untuk
mengetahui diameter tanaman yang sudah berumur ± 5 tahun 7 bulan, Diameter
rata-rata 35 cm – 40 cm. ( Sorry ya….
Saya rada “Narcis” . . . he he he he)
Salam,
Lokasi
penyebaran tanaman Schizolobium
Amazonicum (Parica) di
wilayah Kalimantan Timur
|